Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Sabtu, 04 Mei 2013

Hipertensi

BAB I
KONSEP MEDIS

A.    Defenisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Smeltzer S dan Bare B, 2002).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic (bagian atas) dan bawah (diastolic) (Ratna Dewi Pudiastuti, 2011).
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur (Anonim, 2008).
B.     Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a.       Hipertensi esensial/primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%).
b.      Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid (10%). Faktor ini biasanya juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok, dan minuman beralkohol (Widian Nur Indriyani, 2009).
C.    Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konsriksi pembuluh darah.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonsriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan alirah darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. (Smeltzer S dan Bare B, 2002).
D.    Manifestasi Klinik
Dalam buku (Monsjoer A. 2000 ) gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejala itu adalah :
a.       Tekanan darah >140 mmHg sistol.
b.      Sakit kepala dan pusing
c.       Epistaksis
d.      Sesak napas
e.       Emosi meningkat (tidak labil)
f.       Susah tidur
g.      Pandangan menjadi kabur kabur
h.      Tegang pada leher.
E.     Komplikasi
a.       Stroke
b.      Gagal jantung
c.       Gagal ginjal
F.     Pemeriksaan Penunjang
Dalam buku (Handriani Kristanti, 2009) jika seseorang diduga menderita hipertensi, maka dilakukan beberapa pemeriksaan :
a.       Pemeriksaan Laboratorium
b.      Pemeriksaan ECG
c.       Echocardiography (USG Jantung)
d.      CT Scan
G.    Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dimulai dengan hal-hal yang bersifat non-obat (non farmakologik), antara lain dengan mengurangi berat badan jika gemuk, menghentikan merokok, mengatur pola konsumsi, olahraga teratur, pengendalian stres, dan tentu saja menghentikan konsumsi obat-obatan yang menaikkan tensi. Untuk diet, kurangi garam dapur menjadi 5-6 gr/hari dan perbanyak unsur kalium (buah-buahan).
Obat-obatan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pasien. Obat-obat utama yang digunakan adalah Diuretika, Beta Blocker, ACE (Angiotensin Converting Enzyme) Inhibitor, Angiotensin II Receptor Blocker, Calcium Antagonis. Obat-obatan diberikan bertahap dari satu macam, mulai dengan dosis rendah sampai kombinasi juga dimulai dengan dosis rendah (Ridwan, M. 2009).


BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Aktifitas/ istirahat
Gejala    : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda    : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,  takipnea.
2.      Sirkulasi
Gejala    : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda    : Kenaikan tekanan darah, tachicardi, disrithmia, denyutan nadi  jelas, bunyi jantung  murmur, distensi vena jugularis
3.      Integritas Ego
Gejala    : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda    : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
4.      Eliminasi
Gejala    : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal), obstruksi.
5.      Makanan/ cairan
Gejala    : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda    : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
6.      Neurosensori
Gejala    : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda    : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
7.      Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala    : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ massa.
8.      Pernafasan
Gejala    : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacihpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda    : Bunyi nafas tambahan, cianosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.
9.      Keamanan
Gejala    : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
4.      Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
5.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
6.      Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi  pembuluh darah.
7.      Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.
C.    Rencana/Intervensi Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan   :    Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
a)      Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
b)      Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
a)      Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
b)      Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c)      Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.
Rasional : Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral.
d)     Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.
e)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
Rasional : Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
a)      Klien menunjukkan peningkatan berat badan.
b)      Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi :
a)      Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
b)      Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
c)      Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasional : Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
d)     Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
e)      Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
a)      Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan.
b)      Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
 Intervensi :
a)      Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
b)      Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
c)      Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
Rasional : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
d)     Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional : Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e)      Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional : Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
4.      Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping
Kriteria Hasil :
a)      Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
b)      Menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi
c)      Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi :
a)      Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.
b)      Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional : Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
c)      Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.
d)     Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
e)      Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri / keluarga.
f)       Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
5.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya.
Kriteria hasil :
a)      Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
b)      Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi :
a)      Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
b)      Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur).
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
c)      Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
d)     Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi.
6.      Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi  pembuluh darah.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
a)      Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung.
b)      Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
c)      Memperlihatkan normal dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
a)      Observasi tekanan darah.
Rasional : Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler.
b)      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer .
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
c)      Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
d)     Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e)      Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.
f)       Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Asional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
g)      Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.
Rasional : Menurunkan tekanan darah.
7.      Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil :
a)      Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
b)      Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
c)      Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi :
a)      Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
Rasional : Membantu menurunkan cedera.
b)      Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan :
1)      Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
2)      Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
3)      Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.
Rasional : Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
c)      Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
Rasional : Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh.
d)     Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
Rasional : Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. http://infohidupsehat.com/?p=91. (Darah Tinggi/Hipertensi) diakses tanggal 4 Agustus 2012.

Bare & Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2,  Jakarta, EGC.

Indriyani Nur, W, 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi & Stroke, Edisi 1, Millestone.

Kristanti, H, 2009. Waspada 11 Penyakit Berbahaya, Edisi 1, Yogyakarta, Mitra Setia.

Mansjoer, A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI.

Ratna Dewi P, 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakrta, Nuha Medika.

Ridwan,M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang, Pustaka Widyamara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar