BAB
I
KONSEP
MEDIS
A.
Defenisi
Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah sistoliknya 160 mmHg dan
tekanan diastoliknya 90 mmHg (Smeltzer S dan Bare B, 2002).
Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic (bagian atas) dan bawah
(diastolic) (Ratna Dewi Pudiastuti, 2011).
Hipertensi
atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur (Anonim,
2008).
B.
Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi
dua golongan, yaitu :
a. Hipertensi
esensial/primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%).
b. Hipertensi
sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain
seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid (10%). Faktor ini
biasanya juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang
baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas),
konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok, dan minuman beralkohol (Widian Nur
Indriyani, 2009).
C.
Patofisiologi
Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor,
pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konsriksi
pembuluh darah.
Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonsriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan alirah darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. (Smeltzer S dan Bare B, 2002).
D.
Manifestasi
Klinik
Dalam buku (Monsjoer A. 2000 )
gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama
dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejala itu adalah :
a. Tekanan
darah >140 mmHg sistol.
b. Sakit
kepala dan pusing
c. Epistaksis
d. Sesak
napas
e. Emosi
meningkat (tidak labil)
f. Susah
tidur
g. Pandangan
menjadi kabur kabur
h. Tegang
pada leher.
E.
Komplikasi
a. Stroke
b. Gagal
jantung
c. Gagal
ginjal
F.
Pemeriksaan
Penunjang
Dalam
buku (Handriani Kristanti, 2009) jika seseorang diduga menderita hipertensi,
maka dilakukan beberapa pemeriksaan :
a. Pemeriksaan
Laboratorium
b. Pemeriksaan
ECG
c. Echocardiography
(USG Jantung)
d. CT
Scan
G.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang
tepat dimulai dengan hal-hal yang bersifat non-obat (non farmakologik), antara
lain dengan mengurangi berat badan jika gemuk, menghentikan merokok, mengatur
pola konsumsi, olahraga teratur, pengendalian stres, dan tentu saja
menghentikan konsumsi obat-obatan yang menaikkan tensi. Untuk diet, kurangi
garam dapur menjadi 5-6 gr/hari dan perbanyak unsur kalium (buah-buahan).
Obat-obatan yang
digunakan disesuaikan dengan kondisi pasien. Obat-obat utama yang digunakan
adalah Diuretika, Beta Blocker, ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) Inhibitor, Angiotensin II Receptor Blocker, Calcium
Antagonis. Obat-obatan diberikan bertahap dari satu macam, mulai dengan dosis
rendah sampai kombinasi juga dimulai dengan dosis rendah (Ridwan, M. 2009).
BAB
II
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Aktifitas/
istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas
pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekwensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi,
penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah,
tachicardi, disrithmia, denyutan nadi jelas,
bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis
3.
Integritas
Ego
Gejala : Riwayat perubahan
kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati,
gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka
tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
4.
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini
atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal), obstruksi.
5.
Makanan/
cairan
Gejala : Makanan yang disukai
(tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat
badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau
obesitas, adanya oedem.
6.
Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut,
sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi,
isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik. Respon motorik :
penurunan kekuatan genggaman tangan.
7.
Nyeri/
ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang
timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ massa.
8.
Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan
dengan aktifitas/ kerja, tacihpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan,
cianosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.
9.
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara
brejalan.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
inadekuat.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
4.
Inefektif
koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang
tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
5.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.
6.
Resiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh
darah.
7.
Resiko
tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik
atau persepsi.
C.
Rencana/Intervensi
Keperawatan
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan
: Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
a) Melaporkan ketidanyamanan hilang
atau terkontrol.
b) Mengikuti regimen farmakologi yang
diresepkan.
Intervensi :
a) Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
Rasional
: Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
b) Berikan
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional
: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c) Hilangkan/minimalkan aktifitas
vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang,
mengejan saat BAB.
Rasional
: Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada
adanya peningkatan vaskuler serebral.
d) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan.
Rasional
: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang
memperberat kondisi klien.
e) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
Rasional
: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
inadekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria Hasil :
a) Klien menunjukkan peningkatan berat
badan.
b) Menunjukkan perilaku meningkatkan
atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi :
a) Bicarakan pentingnya menurunkan
masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional
: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan
masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
b) Kaji ulang masukan kalori harian dan
pilihan diet.
Rasional
: Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
c) Dorong klien untuk mempertahankan
masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan
dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasional
: Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi
emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien
telah/dapat mengontrol perubahan.
d) Intruksikan dan bantu memilih makanan
yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju,
telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan,jeroan).
Rasional
: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis.
e) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai
indikasi.
Rasional
: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi
aktivitas.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang di inginkan atau diperlukan.
b) Melaporkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
a) Kaji toleransi pasien terhadap
aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas
frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan
berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja
jantung.
b) Kaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasional
: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
c) Dorong memajukan aktivitas/toleransi
perawatan diri.
Rasional
: Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
d) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan
anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan
sebagainya.
Rasional
: Teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
e) Dorong pasien
untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional
: Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
4.
Inefektif
koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang
tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif
koping
Kriteria Hasil :
a) Mengidentifikasi perilaku koping
efektif dan konsekuensinya
b) Menyatakan kesadaran kemampuan
koping / kekuatan pribadi
c) Mengidentifikasi potensial situasi
stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi :
a) Kaji keefektifan strategi koping
dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional
: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan
sehari-hari.
b) Catat laporan gangguan tidur,
peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan
toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional
: Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
c) Bantu klien untuk mengidentifikasi
stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Rasional
: Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon
seseorang terhadap stressor.
d) Libatkan klien dalam perencanaan
perwatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional
: Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment
teraupetik.
e) Bantu klien untuk mengidentifikasi
dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan
ketimbang membatalkan tujuan diri / keluarga.
f) Perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak
berdaya.
5.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan
peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya.
Kriteria hasil :
a) Menyatakan pemahaman tentang proses
penyakit dan regiment pengobatan.
b) Mengidentifikasi efek samping obat
dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter
normal.
Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman klien tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut.
Rasional
: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan
mempermudah dalam menentukan intervensi.
b) Bantu klien dalam mengidentifikasi
faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup
penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur).
Rasional
: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi
dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
c) Kaji kesiapan dan hambatan dalam
belajar termasuk orang terdekat.
Rasional
: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah
lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari
penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
d) Jelaskan pada klien tentang proses
penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan,
pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
Rasional
: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit
hipertensi.
6.
Resiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh
darah.
Tujuan : Tidak terjadi
penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
a) Klien berpartisipasi dalam aktivitas
yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung.
b) Mempertahankan TD dalam rentang
individu yang dapat diterima,
c) Memperlihatkan normal dan frekwensi
jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
a) Observasi tekanan darah.
Rasional
: Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan vaskuler.
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer .
Rasional
: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat
palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan kongesti vena.
c) Auskultasi tonus jantung dan bunyi
napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi
ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
d) Amati warna
kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
e) Berikan
lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan,
batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
f) Anjurkan teknik relaksasi, panduan
imajinasi dan distraksi.
Asional
: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan tekanan darah.
g) Kolaborasi dengan dokter dalam
pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.
Rasional
: Menurunkan tekanan darah.
7.
Resiko
tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik
atau persepsi.
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil :
a) Mengidentifikasi faktor yang
meningkatkan resiko terhadap cedera.
b) Memperagakan tindakan keamanan untuk
mencegah cedera.
c) Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi :
a) Lakukan tindakan untuk mengurangi
bahaya lingkungan.
Rasional :
Membantu menurunkan cedera.
b) Bila penurunan sensitifitas taktil
menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan :
1) Kaji suhu air mandi dan bantalan
pemanas sebelum digunakan.
2) Kaji ekstremitas setiap hari
terhadap cedera yang tak terdeteksi.
3) Pertahankan kaki tetap hangat dan
kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.
Rasional : Kerusakan sensori pasca
CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
c) Lakukan tindakan untuk mengurangi
resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
Rasional
: Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
regangan atau jatuh.
d) Anjurkan klien dan keluarga untuk
memaksimalkan keamanan di rumah.
Rasional
: Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2008. http://infohidupsehat.com/?p=91. (Darah Tinggi/Hipertensi) diakses tanggal 4 Agustus
2012.
Bare
& Smeltzer, 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8, Vol 2, Jakarta, EGC.
Indriyani
Nur, W, 2009. Deteksi Dini Kolesterol,
Hipertensi & Stroke, Edisi 1, Millestone.
Kristanti,
H, 2009. Waspada 11 Penyakit Berbahaya,
Edisi 1, Yogyakarta, Mitra Setia.
Mansjoer,
A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI.
Ratna
Dewi P, 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakrta,
Nuha Medika.
Ridwan,M
2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent
Killer Hipertensi, Semarang,
Pustaka Widyamara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar