Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Sabtu, 04 Mei 2013

Tumor Otak


BAB I
KONSEP MEDIS

A.    Defenisi
Tumor otak merupakan salah satu tomor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau dalam kanalis spinal, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak (Arif Muttaqin, 2008).
B.     Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1.      Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2.      Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3.      Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4.      Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5.      Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
C.    Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron aklibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah kedalam jaringan otak. Penganan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan meningkatkan TIK. Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkimotak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi unkus serebellum. Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.
D.    Manifestasi Klinik
Gejala yang timbul dapat bersifat umum akibat TIK yang meninggi, seperti nyeri kepala dan muntah, ataupun gejala fokal bergantung pada lokasi tumor. Berikut ini dijelaskan beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul dan bergantung pada lokasi tumor.
Lokasi Tumor
Manifestasi Klinis
Lobus Frontalis
a.       Kelemahan dengan tungkai kontralateral
b.      Perubahan kepribadian: antisosial, kehilangan kemampuan inhibisi, kehilangan inisiatif, penurunan tingkat intelektual (misalnya; demensia, terutama jika korpus kalosum terlibat).
Lobus Temporalis
a.       Afasia sensorik (bila terkena lobus frontalis dominan).
b.      Gangguan lapang pandang (Upper Homonymous Quadrantanopia).
Lobus Parietalis
a.       Gangguan sensorik (lokalisasi sentuh, diskriminasi dua titik, gerakan pasif, astereognosis).
b.      Gangguan lapang pandang (Upper Homonymous Quadrantanopia).
c.       Jika tumor pada lobus parietalis hemisfer dominan dapat terjadi kebingungan cara membedakan kanan dan kiri, agnosia jari, akalkulia dan agrafia.
d.      Jika tumor pada lobus parietalis hemisfer yang nondominan dapat terjadi apraksia.
Lobus Oksipitalis
Gangguan lapang pandang (hemianopsia homonim).
Korpus Kalosum
Sindrom diskoneksi.
Hipotalamus/hipofisis
Gangguan endokrin
Batang Otak
a.       Penurunan kesadaran
b.      Tremor
c.       Kelainan gerak bola mata
d.      Abnormalitas pupil
e.       Muntah, cegukan (medula)
Serebelum
a.       Ataksia berjalan
b.      Tremor intensional
c.       Dismetria
d.      Disartria
e.       Nistagmus

E.     Komplikasi
1.      Edema serebral
2.      Tekanan intracranial meningkat
3.      Herniasi otak
4.      Hidrosefalus
5.      Kejang
6.      Metastase ke tempat lain

F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto polos untuk mengetahui adanya destruksi tulang pembungkus jaringan susunan saraf pusat.
2.      Pemeriksaan neurologis seperti mielografi atau DSA.
3.      Angiografi atau DSA
4.      CT-Scan atau kombinasi CT-Mielografi
5.      MRI
G.    Penatalaksanaan
Secara umum ada dua pilihan penatalaksanaan tumor otak yaitu :
1.      Suportif (analgetik, anti-kejang, dan anti-edema)
2.      Defenitif, terdiri dari :
a.       Pembedahan
b.      Radiosurgery
c.       Terapi radiasi
d.      Kemo

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Aktivitas/istirahat
Gejala    :   Perasaan tidak enak, keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya
Tanda    :   Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
2.    Sirkulasi
Tanda    :    Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor).
3.    Eliminasi
Tanda    :    Adanya inkontinensia dan/atau retensi
4.    Makanan/cairan
Gejala    :    Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda    :    Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
5.    Higiene
Tanda    :    Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6.    Neurosensori
Gejala    :    Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat).
Tanda    :    Status mental/tingkat kesadaran, letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi organik dan halusinasi/psikosis (ensefalitis)
7.    Nyeri/kenyamanan
Gejala    :    Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan diperburuk oleh ketegangan leher/punggung kaku; nyeri pada gerakan okular, fotosensivitas, sakit ;tenggorok nyeri.
Tanda    :    Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menagis /mengeluh/mengaduh.
8.    Pernapasan
Gejala    :    Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak)
Tanda    :    Peningkatan kerja pernapasan (episode awal), perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah
9.    Keamanan
Gejala    :    Adanya infeksi saluran napas atas/infeksi lain, meliputi ; mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi ; infeksi pervis, abdomen atau kulit ; fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala, anemia sel sabit.
Tanda    :    Suhu meningkat,diaforesis, menggigil, adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan, kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau spastik ; paralisis atau paresis., gangguan sensasi.
B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnnosa keperawatan menurut teori (Doenges Marilynn E, 2000) pada tumor otak adalah sebagai berikut :
1.         Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
2.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
3.         Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4.         Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
5.         Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi.
6.         Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, traktus sensori, transmisi, dan integrasi.
7.         Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
8.         Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
C.    Rencana/Intervensi Keperawatan
1.      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Tingkat kesadaran membaik, TTV normal, tidak ada peningkatan TIK.
Intervensi
Rasional
1.      Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar




2.      Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS





3.      Observasi TTV





4.      Pantau frekuensi/irama jantung

1.      Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya risiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakkan medis dengan segera.
2.      Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial terjadinya peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyeberan/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral
3.      Penurunan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi TTV seperti, tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan yang merupakan indikasi adanya peningkatan TIK
4.      Perubahan pada frekuensi (tersering adalah bradikardia) dan disritmia dapat terjadi, yang mencerminkan trauma/tekanan batang otak pada tidak adanya penyakit jantung yang mendasari

2.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
Tujuan : Mempertahankan pola napas normal/efektif bebas dari sianosis dan tanda-tanda lain dari hipoksia.
Intervensi
Rasional
1.      Inspeksi adanya edema pada wajah/leher (pada laminektomi servikal).

2.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi/mengi

3.      Bantu klien untuk melakukan batuk efektif, miring kiri/kanan dan nafas dalam.

3.      Berikan oksigen tambahan yang dilembabkan jika diperlukan

1.      Edema/kompresi trakea atau trauma saraf dapat mengganggu fungsi pernapasan
2.      Menandakan adanya akumulasi secret/pembersihan jalan napas yang tidak efektif
3.      Memudahkan gerakkan secret dan pembersihan paru, serta menurunkan risiko komplikasi pernapasan (pneumonia).
4.      Mungkin dibutuhkan selama periode distress pernapasan atau adanya tanda-tanda hipoksia

3.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat nyeri



2.      Kaji TTV


3.      Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata

4.      Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein
1.      Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien dan memudahkan penentuan intervensi selanjutnya
2.      Peningkatan tekanan darah, nadi, dan suhu merupakan indikasi adanya nyeri.
3.      Meningkatkan vasokonstriksi, penumpulan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.
4.      Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. Catatan : narkotik mungkin merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak akuratan dalam pemeriksaan neurologis

4.      Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Cidera tidak terjadi
Intervensi
Rasional
1.      Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi


2.      Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak dibawah daerah-daerah yang menonjol.
3.      Bantu klien dalam melakukan aktivitas
1.      Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak disekitarnya
2.      Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol.

3.      Meminimalkan risiko cedera

5.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi.
Tujuan : Klien mampu berkomunikasi dengan baik, mampu mengekspresikan perasaannya, dan mampu menggunakan bahasa isarat.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tipe disfungsi, misalnya klien tidak mengerti tantang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri.




2.      Bedakan afasia dan disartria

3.      Ucapkan langsung kepada klien berbicara pelan dan tenang, gunakan pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak” dan perhatikan respon klien.
4.      Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti tutup matamu dah lihat ke pintu
1.      Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan menentukan kesulitan klien dengan sebagian atau seluruh proses komunikasi, klien mungkin mempunyai masalah dalam mengartikan kata-kata (afasia, wernicke, area dan kerusakan pada area Broca).
2.      Menentukan pilihan intervensi sesuai dengan tipe gangguan
3.      Mengurangi kebingungan atau kecemasan terhadap banyaknya informasi. Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata.
4.      Menguji afasia reseptif


6.      Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, traktus sensori, transmisi, dan integrasi.
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
Intervensi
Rasional
1.      Pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan/afektif, sensorik, dan proses piker
2.      Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian





3.      Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan




4.      Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti berikan pasien suatu benda untuk menyentuh dan meraba. Biarkan pasien menyentuh dinding/batas-batas yang lainnya
1.      Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi dan oksigenasi

2.      Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan/posisi tubuh dan kesesuaian dari gerakkan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan risiko terjadinya trauma

3.      Menurunkan/membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap interpretasi lingkungan,dan menurunkan risiko terjadinya kecelakaan
4.      Membantu melatih kembali secara sensorik untuk mengentakrasikan persepsi dan interpretasi setimulasi membantu klien untuk mengorientakisan bagian dirinya dan kekuatan penggunaan dari daerah yang terpengaruh

7.      Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : Kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi sekresi

2.      Berikan makanan sedikit tetapi sering
3.      Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/hilangnya suara yang hiperaktif
1.      Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi
2.      Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
3.      Bising usus membantu dalam menrntukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi seperti paralitik ileus


8.      Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
Tujuan : Kecemasan hilang/berkurang.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat kecemasan

2.      Kaji TTV



3.      Berikan penjelasan tentang proses penyakit



4.      Ajarkan tekhnik relaksasi napas dalam
1.      Mengetahui tingkat kecemasan klien
2.      Peningkatan TTV seperti nadi, suhu dan pernapasan merupakan indikasi adanya kecemasan
3.      Pengetahuan yang cukup tentang proses penyakit diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan klien
4.      Tekhnik relaksasi napas dalam diharapkan dapat mengurangi/mengatasi kecemasan dan meningkatkan relaksasi


DAFTAR PUSTAKA

Donengoes Marilynn E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,. Jakarta, EGC.
Muttaqin Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta, Salemba Medika.
Syaiful 2008. Tumor Otak (online) (http://syaiful.blogdetik.com. diakses tanggal 11 Desember 2012).