BAB
I
KONSEP
MEDIS
A.
Defenisi
Tumor otak
merupakan salah satu tomor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor
ganas di susunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam
ruang intrakranial atau dalam kanalis spinal, yang mempunyai sebagian atau
seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel
saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang
(neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak (Arif Muttaqin, 2008).
B.
Etiologi
Penyebab
tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor
otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa
Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan
embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan
fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam
sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak
penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi
Karsinogenik
Penyelidikan
tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui
bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
C.
Patofisiologi
Tumor otak
menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu
gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan
suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang
sebagai sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron aklibat kompresi, invasi,
dan perubahan suplai darah kedalam jaringan otak. Penganan TIK dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak,
edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema
dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Obstruksi vena
dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan
volume intrakranial dan meningkatkan TIK. Peningkatan TIK membahayakan jiwa
jika terjadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari
atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna
apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi
volume darah intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan
mengurangi sel-sel parenkimotak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan
mengakibatkan herniasi unkus serebellum. Herniasi unkus timbul jika girus medialis
lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial karena adanya
massa dalam hemisfer otak. herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil
serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medula oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang
cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan
pernapasan.
D.
Manifestasi
Klinik
Gejala yang
timbul dapat bersifat umum akibat TIK yang meninggi, seperti nyeri kepala dan
muntah, ataupun gejala fokal bergantung pada
lokasi tumor. Berikut ini dijelaskan beberapa manifestasi klinis yang dapat
muncul dan bergantung pada lokasi tumor.
Lokasi Tumor
|
Manifestasi Klinis
|
Lobus
Frontalis
|
a. Kelemahan
dengan tungkai kontralateral
b. Perubahan
kepribadian: antisosial, kehilangan kemampuan inhibisi, kehilangan inisiatif,
penurunan tingkat intelektual (misalnya; demensia, terutama jika korpus
kalosum terlibat).
|
Lobus
Temporalis
|
a. Afasia
sensorik (bila terkena lobus frontalis dominan).
b. Gangguan
lapang pandang (Upper Homonymous
Quadrantanopia).
|
Lobus
Parietalis
|
a. Gangguan
sensorik (lokalisasi sentuh, diskriminasi dua titik, gerakan pasif,
astereognosis).
b. Gangguan
lapang pandang (Upper Homonymous
Quadrantanopia).
c. Jika
tumor pada lobus parietalis hemisfer dominan dapat terjadi kebingungan cara
membedakan kanan dan kiri, agnosia jari, akalkulia dan agrafia.
d. Jika
tumor pada lobus parietalis hemisfer yang nondominan dapat terjadi apraksia.
|
Lobus
Oksipitalis
|
Gangguan lapang pandang (hemianopsia
homonim).
|
Korpus
Kalosum
|
Sindrom
diskoneksi.
|
Hipotalamus/hipofisis
|
Gangguan
endokrin
|
Batang
Otak
|
a. Penurunan
kesadaran
b. Tremor
c. Kelainan
gerak bola mata
d. Abnormalitas
pupil
e. Muntah,
cegukan (medula)
|
Serebelum
|
a. Ataksia
berjalan
b. Tremor
intensional
c. Dismetria
d. Disartria
e. Nistagmus
|
E.
Komplikasi
1.
Edema serebral
2.
Tekanan
intracranial meningkat
3.
Herniasi otak
4.
Hidrosefalus
5.
Kejang
6.
Metastase ke
tempat lain
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Foto polos untuk mengetahui adanya
destruksi tulang pembungkus jaringan susunan saraf pusat.
2.
Pemeriksaan neurologis seperti
mielografi atau DSA.
3.
Angiografi atau DSA
4.
CT-Scan atau kombinasi CT-Mielografi
5.
MRI
G.
Penatalaksanaan
Secara umum ada dua pilihan penatalaksanaan tumor
otak yaitu :
1. Suportif
(analgetik, anti-kejang, dan anti-edema)
2. Defenitif,
terdiri dari :
a. Pembedahan
b. Radiosurgery
c. Terapi
radiasi
d. Kemo
BAB
II
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Perasaan
tidak enak, keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya
Tanda : Ataksia,
masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan
peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor).
3. Eliminasi
Tanda : Adanya
inkontinensia dan/atau retensi
4. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan
nafsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda : Anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
5. Higiene
Tanda : Ketergantungan
terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6. Neurosensori
Gejala : Sakit
kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat).
Tanda : Status
mental/tingkat kesadaran, letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma,
delusi organik dan halusinasi/psikosis (ensefalitis)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit
kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan leher/punggung kaku; nyeri pada gerakan okular, fotosensivitas,
sakit ;tenggorok nyeri.
Tanda : Tampak
terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menagis /mengeluh/mengaduh.
8. Pernapasan
Gejala : Adanya
riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak)
Tanda : Peningkatan
kerja pernapasan (episode awal), perubahan mental (letargi sampai koma) dan
gelisah
9. Keamanan
Gejala : Adanya
infeksi saluran napas atas/infeksi lain, meliputi ; mastoiditis, telinga
tengah, sinus, abses gigi ; infeksi pervis, abdomen atau kulit ; fungsi lumbal,
pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala, anemia sel sabit.
Tanda : Suhu
meningkat,diaforesis, menggigil, adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan
subkutan, kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau spastik ; paralisis
atau paresis., gangguan sensasi.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnnosa keperawatan menurut teori
(Doenges Marilynn E, 2000) pada tumor otak adalah sebagai berikut :
1.
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
2.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penekanan medula oblongata.
3.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
4.
Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder
terhadap hipotensi ortostatik.
5.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek
afasia pada ekspresi atau interpretasi.
6.
Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan
dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, traktus
sensori, transmisi, dan integrasi.
7.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
8.
Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit.
C.
Rencana/Intervensi
Keperawatan
1. Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial,
pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Tingkat
kesadaran membaik, TTV normal, tidak ada peningkatan TIK.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar
2.
Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan
dengan keadaan normalnya, seperti GCS
3.
Observasi TTV
4.
Pantau frekuensi/irama jantung
|
1.
Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi
adanya risiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakkan medis dengan
segera.
2.
Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat
kesadaran dan potensial terjadinya peningkatan TIK adalah sangat berguna
dalam menentukan lokasi, penyeberan/luasnya dan perkembangan dari kerusakan
serebral
3.
Penurunan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi TTV
seperti, tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan yang merupakan indikasi
adanya peningkatan TIK
4.
Perubahan pada frekuensi (tersering adalah
bradikardia) dan disritmia dapat terjadi, yang mencerminkan trauma/tekanan
batang otak pada tidak adanya penyakit jantung yang mendasari
|
2. Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas normal/efektif bebas dari sianosis dan tanda-tanda
lain dari hipoksia.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Inspeksi adanya edema pada wajah/leher (pada laminektomi
servikal).
2.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
ronchi/mengi
3.
Bantu klien untuk melakukan batuk efektif, miring
kiri/kanan dan nafas dalam.
3.
Berikan oksigen tambahan yang dilembabkan jika
diperlukan
|
1.
Edema/kompresi trakea atau trauma saraf dapat
mengganggu fungsi pernapasan
2.
Menandakan adanya akumulasi secret/pembersihan jalan
napas yang tidak efektif
3.
Memudahkan gerakkan secret dan pembersihan paru,
serta menurunkan risiko komplikasi pernapasan (pneumonia).
4.
Mungkin dibutuhkan selama periode distress pernapasan
atau adanya tanda-tanda hipoksia
|
3. Nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri
hilang/berkurang.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tingkat nyeri
2.
Kaji TTV
3.
Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas
mata
4.
Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein
|
1.
Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien dan
memudahkan penentuan intervensi selanjutnya
2.
Peningkatan tekanan darah, nadi, dan suhu merupakan
indikasi adanya nyeri.
3.
Meningkatkan vasokonstriksi, penumpulan resepsi
sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.
4.
Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang
berat. Catatan : narkotik mungkin merupakan kontraindikasi sehingga
menimbulkan ketidak akuratan dalam pemeriksaan neurologis
|
4. Resiko
cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Cidera
tidak terjadi
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai
indikasi
2.
Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak dibawah
daerah-daerah yang menonjol.
3.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas
|
1.
Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara
fragmen tulang dengan jaringan lunak disekitarnya
2.
Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang
menonjol.
3.
Meminimalkan risiko cedera
|
5. Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau
interpretasi.
Tujuan : Klien mampu
berkomunikasi dengan baik, mampu mengekspresikan perasaannya, dan mampu
menggunakan bahasa isarat.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tipe disfungsi, misalnya klien tidak mengerti
tantang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri.
2.
Bedakan afasia dan disartria
3.
Ucapkan langsung kepada klien berbicara pelan dan
tenang, gunakan pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak” dan perhatikan
respon klien.
4.
Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana
seperti tutup matamu dah lihat ke pintu
|
1.
Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan
menentukan kesulitan klien dengan sebagian atau seluruh proses komunikasi,
klien mungkin mempunyai masalah dalam mengartikan kata-kata (afasia,
wernicke, area dan kerusakan pada area Broca).
2.
Menentukan pilihan intervensi sesuai dengan tipe
gangguan
3.
Mengurangi kebingungan atau kecemasan terhadap
banyaknya informasi. Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata.
4.
Menguji afasia reseptif
|
6. Perubahan
persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan
perubahan resepsi sensori, traktus sensori, transmisi, dan integrasi.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan
berbicara, alam perasaan/afektif, sensorik, dan proses piker
2.
Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan
panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian
3.
Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot
yang membahayakan
4.
Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti
berikan pasien suatu benda untuk menyentuh dan meraba. Biarkan pasien
menyentuh dinding/batas-batas yang lainnya
|
1.
Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh
lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi dan oksigenasi
2.
Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan
perasaan kinetik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan/posisi tubuh dan
kesesuaian dari gerakkan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan risiko
terjadinya trauma
3.
Menurunkan/membatasi jumlah stimulasi penglihatan
yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap interpretasi
lingkungan,dan menurunkan risiko terjadinya kecelakaan
4.
Membantu melatih kembali secara sensorik untuk
mengentakrasikan persepsi dan interpretasi setimulasi membantu klien untuk
mengorientakisan bagian dirinya dan kekuatan penggunaan dari daerah yang
terpengaruh
|
7. Resiko
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi
dan radioterapi.
Tujuan : Kemajuan
peningkatan berat badan sesuai tujuan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan,
batuk, dan mengatasi sekresi
2.
Berikan makanan sedikit tetapi sering
3.
Auskultasi bising usus, catat adanya
penurunan/hilangnya suara yang hiperaktif
|
1.
Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis
makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi
2.
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
3.
Bising usus membantu dalam menrntukan respon untuk makan
atau berkembangnya komplikasi seperti paralitik ileus
|
8. Kecemasan
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
Tujuan : Kecemasan
hilang/berkurang.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tingkat kecemasan
2.
Kaji TTV
3.
Berikan penjelasan tentang proses penyakit
4.
Ajarkan tekhnik relaksasi napas dalam
|
1.
Mengetahui tingkat kecemasan klien
2.
Peningkatan TTV seperti nadi, suhu dan pernapasan
merupakan indikasi adanya kecemasan
3.
Pengetahuan yang cukup tentang proses penyakit
diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan klien
4.
Tekhnik relaksasi napas dalam diharapkan dapat
mengurangi/mengatasi kecemasan dan meningkatkan relaksasi
|
DAFTAR
PUSTAKA
Donengoes Marilynn E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,. Jakarta, EGC.
Muttaqin Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta,
Salemba Medika.